Label

Rabu, 05 Oktober 2011

Resume of PROMOTING PRIMARY AND SECONDARY MATHEMATICAL THINKING THROUGH THE SERIES OF SCHOOL-BASED LESSON STUDY ACTIVITIES


PROMOTING PRIMARY AND SECONDARY MATHEMATICAL THINKING THROUGH THE SERIES OF SCHOOL-BASED LESSON STUDY ACTIVITIES
By
Dr. Marsigit
Department of Mathematics Education, Faculty of Mathematics and Science,
The Yogyakarta State University

Reviewed by: Seto Marsudi (09301241009)
Mathematics Education Regular 2009
(
http://rasamalaempat.blogspot.com/)

Serangkaian kegiatan Lesson Study dapat dianggap sebagai merupakan serangkaian kegiatan budaya yang diselenggarakan dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk mempromosikan pemikiran matematika anak-anak. Banyak kegiatan kelompok kecil yang fleksibel dan tidak memiliki titik akhir yang jelas, ditentukan oleh guru. Namun, diskusi kelompok kecil menawarkan konteks yang menarik untuk mengeksplorasi partisipasi dari anak-anak yang berinteraksi antara yang lain dalam berpikir secara alami terjadilah pemikiran yang terbuka. Secara umum, ketika sebuah tugas memiliki titik akhir yang jelas, telah diasumsikan bahwa anak-anak berpikir menuju titik itu. Serangkaian studi ini secara khusus tertarik pada sikap dan metode dimana siswa mengembangkan pemikiran matematis untuk belajar matematika. Pengalaman menunjukkan bahwa guru dapat menggunakan Lesson Study untuk mempromosikan pemikiran matematika. Guru dianggap sebagai subjek penelitian serta menjadi peneliti. Dengan mengajukan perencanaan, melakukan dan melihat, studi diharapkan untuk mengungkap aspek pemikiran matematika siswa.

Pelajaran studi tim terdiri dari 4 guru kelas dan guru kelas 5 Sekolah Dasar dan 8 guru kelas Sekolah Menengah Pertama yang bekerja di tiga sekolah yang berbeda: SD MIN I Yogyakarta, SD Percobaan Bulaksumur Yogyakrta dan SMP N II Depok Yogyakarta. Peneliti memfasilitasi guru untuk memberikan perspektif dan pandangan yang lebih luas dari isu-isu serta untuk melayani sebagai komentator luar, evaluator, atau penasihat luar. Peneliti menekankan bahwa guru-guru yang dipilih harus datang dengan pola pikir menjadi seorang pelajar dan siap untuk berbagi dan untuk mengkomunikasikan berbagai temuannya. Peneliti dan guru yang dipilih membangun komunikasi yang terbuka dan menetapkan jadwal yg teratur untuk kegiatan terkait.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa, dalam jangka waktu pendekatan yang realistis, berpikir matematika dapat dilakukan melalui mengidentifikasi atau menjelaskan matematika tertentu,
menskemakan, merumuskan dan visualisasi masalah dalam cara yang berbeda, hubungan menemukan, keteraturan menemukan, mengenali aspek isomorfis dalam masalah yang berbeda; mentransfer masalah di dunia nyata untuk masalah matematika. Berpikir matematika selalu dimulai ketika guru mengajukan masalah yang telah disiapkan yang ditulis dalam Lembar Kerja. Para siswa mengembangkan pengetahuan pra-syarat mereka untuk melakukan pemikiran matematika. Para siswa mengembangkan cara yang berbeda untuk melakukan pembentukan skema, merumuskan dan memvisualisasikan. Rangkaian kalimat yang dihasilkan oleh kelompok menunjukkan kematematikaan horisontal yang pertama kemudian diikuti oleh kematematikaan vertikal. Dalam melaksanakan kematematikaan vertikal siswa membutuhkan bantuan dari guru.

Ada banyak cara dimana siswa
mengidealisasikan konsep geometris. Pemikiran induktif siswa yang terlibat konkretisasi, abstraksi dan metode di bidang pembentukan dan pemahaman masalah. Ketika siswa, mereka yang telah mengenal konsep-konsep tertentu, dipacu untuk melakukan berpikir induktif mereka cenderung untuk menegaskan kembali konsep-konsep mereka. Berpikir induktif tersebar dari kegiatan awal sampai akhir ketika siswa dipacu untuk melakukannya. Pemikiran induktif siswa juga terkait dengan perspektif membangun di mana siswa digunakan model yang konkret untuk mencari total luas silinder tegak melingkar dan menguraikan model silinder tegak melingkar menjadi komponen-komponennya: dua lingkaran kongruen dan satu lonjong. Organisasi logis dari konsep matematika yang terjadi dalam semua konteks metode matematika: idealisasi, abstraksi, deduksi, induksi dan penyederhanaan. Masalah pembentukan dan pemahaman muncul ketika siswa mengamati model matematika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar